Mengenal Aneurisma Otak, Kelainan pada Pembuluh Darah dan Pengobatannya

Kesehatan

Merujuk data dari Brain Aneurysm Foundation , 1 dari 50 orang memiliki aneurisma yang belum pecah, setiap 18 menit 1 aneurisma pecah dan sekitar 500.000 orang meninggal setiap tahun akibat aneurisma otak. Aneurisma otak adalah suatu kondisi di mana terjadi pelebaran abnormal pada dinding pembuluh darah di otak. Bentuknya menyerupai balon yang menggembung keluar dari arteri.

Kondisi ini bisa sangat berbahaya jika aneurisma tersebut pecah, karena dapat menyebabkan perdarahan di dalam otak yang berpotensi fatal. Aneurisma otak sering kali tidak menunjukkan gejala sampai terjadi pembesaran yang cukup signifikan atau pecah. Gejala yang mungkin muncul sebelum pecah termasuk sakit kepala parah, penglihatan kabur atau ganda, nyeri di sekitar mata, atau gangguan saraf lainnya.

Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 11 Halaman 6 Kurikulum Merdeka, Kegiatan 2 Soal Pangan Lokal Halaman all Kunci Jawaban PAI Kelas 12 Halaman 31 37 Kurikulum Merdeka, Penilaian Pengetahuan Bab 1 Halaman all Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 9 Halaman 14, 15, 16: Menyimpulkan Informasi Laporan Percobaan Halaman all

Kunci Jawaban Bahasa Inggris Kelas 12 Halaman 6 dan 7 Semester 2, Dialog: Offering Help/Service Halaman all "Jika aneurisma pecah, gejalanya bisa berupa sakit kepala tiba tiba yang sangat hebat, mual, muntah, leher kaku, kehilangan kesadaran, atau bahkan kematian,” jelas Dokter Bedah Saraf dari RS PON dr. Muhammad Kusdiansah, dalam keterangannya Sabtu (29/6/2024) Ia menjelaskan, operasi clipping adalah prosedur atau metode utama untuk mengatasi aneurisme otak.

“Prosedur operasi clipping bertujuan untuk menghentikan aliran darah ke aneurisma, sehingga mencegah pecahnya aneurisma di masa depan, atau pecah kembali setelah mengalami pendarahan otak," tambah dia. Pada prosedur ini dokter bedah saraf akan membuat sayatan di kulit kepala dan membuka sebagian kecil tulang tengkorak untuk mengakses otak. Dengan bantuan mikroskop khusus, dokter akan mencari dan mengidentifikasi lokasi aneurisma dan melakukan penjepitan pada leher aneurisma dengan clip, biasanya berbahan titanium.

Menteri Kesehatan (Menkes RI) Budi Gunadi Sadikin mendukung pelatihan ahli saraf sebagai bagian dari program transformasi layanan kesehatan terutama di bidang stroke. Diketahui, sebanyak 20 orang bedah saraf dari 20 provinsi yang tersebar di seluruh Indonesia mengikuti pelatihan microsurgery. Pelatihan digelar pada 29 30 Juni 2024 di RS PON (Pusat Otak Nasional) Jakarta oleb Barrow Neurological Institute, pusat medis terkemuka di dunia dalam bidang neurosain yang bekerja sama dengan bekerja sama dengan RS Pusat Otak Nasional Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono (RS PON), Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Perhimpunan Spesialis Bedah Saraf Indonesia (Perspebsi), dan Aesculap Academy Indonesia.

Budi menyebut sampai saat ini stroke masih menjadi salah satu penyakit yang menelan biaya pengobatan besar dan kasusnya terus meningkat. "Diperlukan teknologi kedokteran untuk mencegah stroke, salah satunya dengan teknologi mikrosurgey," kata dia. Mantan dirut Bank Mandiri berharap dengan teknologi dibidang preventif, diharapkan pada akhir tahun 2024, seluruh provinsi di Indonesia mampu menangani pembedahan clipping pada kasus Aneruisma.

"Harapannya ini angka kejadian stroke karena perdarahan pembuluh darah di otak bisa diturunkan," tutur Menkes. Ketua PERSPEBSI, Prof. dr. Joni Wahyuhadi SpBS, mengatakan, Kemenkes dan pihaknya berupaya semakismal mungkin meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam menangani. “Stroke merupakan pembunuh nomer dua di di Indonesia, dan di bidang saraf, stroke penyakit kedua terbanyak setelah cedera kepala dan tumor otak. Hari ini kita mengadakan microsurgery cource dan hands on dengan mendatangkan ahli dari Amerika dan Jepang dalam meningkatkan neurointervensi terutama dalam penanganan aneurisma yang bisa ditangani dengan clipping atau menjepit," terang Prof.dr Joni.

Diketahui, clipping sudah biasa dikerjakan di rumah rumah sakit pendidikan di Indonesia, namun Kemenkes memiliki program untuk meningkatkan kemampuan ini kepada dokter dokter bedah saraf di seluruh Indonesia. Diharapkan sampai akhir 2024 ini semua propinsi di Indonesia sudah memiliki dokterr bedah saraf dengan kemampuan microsurgery. Direktur RS PON, dr. Adin Nulkhasanah SpS, MARS menuturkan pada pelatihan ini, diperkenalkan model kepala manusia yang dicetak secara 3D untuk pelatihan operasi clipping.

“Model ini akan digunakan di seluruh dunia dan digunakan pertama kali di Jakarta. Teknologi ini memberikan simulasi yang sangat mirip dengan jaringan manusia dan kondisi bedah sebenarnya, sehingga memberikan pengalaman pelatihan yang lebih realistis dan efektif. Teknologi ini telah dikembangkan selama lebih dari 2 tahun oleh tim multidisiplin di pusat inovasi Barrow. Kami sangat berharap bahwa para dokter bedah saraf bisa meningkatkan kapasitanya melalui workshop clipping ini,” jelasnya. Artikel ini merupakan bagian dari KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *